TakSekadar Nahan Lapar, Ini Makna Puasa Ramadan Sesungguhnya. Info Jateng Semarangan. Reporter Anggara Jiwandhana Pada 2 Apr 2022, 09:00. Bagikan. Ketua MUI Jawa Tengah KH Ahmad Daroji. MENJALANKAN ibadah puasa di bulan suci Ramadan bukanlah tentang menahan makan, minum, ataupun berhubungan biologis saja. Di tengah pandemi Covid-19, umat muslim di seluruh dunia masih saja semangat menjalankan kewajiban puasa tahun ini. Suasana dan aturan baru dari pemerintah tidak menyurutkan antusias mereka untuk menyelesaikan puasa selama 30 hari. Seperti yang sudah diketahui, puasa bukan sekedar bagian dari rukun islam yang harus dijalankan. Melainkan, satu ibadah yang dipercaya mampu mendekatkan diri hamba kepada Tuhannya. Selain itu, dari segi kesehatan puasa mempunyai manfaat seabrek yang baik untuk tubuh. Meskipun begitu, bukan berarti puasa dapat dilaksanakan dengan mudah. Pasalnya, Anda akan diminta untuk menghindari berbagai hal yang membatalkan puasa. Nah, keadaan ini yang secara tidak langsung mengharuskan Anda untuk mengetahui cara menahan lapar saat puasa. Pada dasarnya, inti dari puasa bukan sekedar menahan rasa lapar. Pasalnya, umat muslim percaya bahwa puasa memiliki makna yang lebih tinggi dari menahan haus dan lapar. Tidak aneh jika kemudian, puasa dijadikan ajang untuk melatih diri menjaga diri dari berbagai hawa nafsu. Hal tersebut kemudian, membawa manusia khususnya orang Islam untuk meramaikan Bulan Ramadhan dengan aktivitas bermanfaat. Misalnya saja, sholat tarawih, tadarus al quran, sampai dengan amalan-amalan lain yang dipercaya mampu memaksimalkan bulan suci tersebut. Berhubung hukum berpuasa untuk orang islam wajib, para orang tua sering mengajarkan ritual ini sejak dini. Orang tua tidak segan melatih si kecil untuk berpuasa setengah hari. Setelah usianya bertambah, jam puasa ditambah hingga dia mampu menjalannya seharian. Basicnya, cara menahan rasa lapar saat puasa bukan hal yang mudah dilakukan. Apalagi bagi Anda yang baru pertama menjalankan ibadah tersebut. Baca Juga Tips Agar Puasa Tidak Pusing dan Cara Mengatasinya Kebanyakan orang mengatakan, bahwa puasa menjadi ibadah cukup berat karena secara bersamaan Anda yang sudah bekerja harus tetap berpuasa dan semangat kerja. Kenyataan itu menjadi cobaan yang harus dikalahkan, sebab puasa menjadi salah satu ibaadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Walaupun tidak mudah, puasa akan berubah menyenangkan saat Anda menjalaninya dengan ikhlas. Jadikan kegiatan ini sebagai bagian dari cara Anda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan bagi Anda yang merasa cukup kewalahan, berikut beberapa cara menahan lapar saat puasa yang mesti diketahui Penuhi kebutuhan air putih harian Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan air putih. Cara ini menjadi paling sederhana dan sehat, sebab air mampu membantu tubuh untuk tetap fokus. Selain itu, kenyataan yang sering terjadi tubuh akan lebih merasa haus daripada lapar. Oleh sebab itu, Anda harus menyiapkan diri untuk mengonsumsi air putih sesuai anjuran. Biasanya, setiap orang mempunyai perhitungan kebutuhan air berbeda-beda. Mereka sering menyeimbangkan konsumsi air putih dengan berat badan yang dimiliki. Nah, berhubung selama puasa Anda tidak diperkenankan minum air putih. Metode mudah yang dapat dilakukan adalah minum air putih secara perjalan. Misalnya saja, 2 gelas air putih setelah berbuka. 4 gelas selesai sholat tarawih, dan 2 gelas setelah sahur. Jika Anda merasa masih sanggup untuk mengonsumsi lebih banyak, maka akan semakin baik. Pada intinya, Anda harus menyesuaikan dengan ketahan tubuh. Jangan sampai memaksakan minum banyak, ketika tubuh Anda sudah tidak dapat melakukannya. Menyibukan Diri Cara menahan lapar saat puasa yang selanjutnya adalah menyibukan diri. Percaya atau tidak, ketika Anda menghabiskan waktu puasa hanya dengan bermalas-malasan. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Penantian Anda menuju waktu berbuka akan semakin lama, sebab sesuatu yang dinantikan terkesan lebih lama. Berbeda halnya dengan menyempurnakan puasa dengan melakukan berbagai aktivitas. Bukan berarti Anda harus menjalankan kegiatan berat untuk mengisi waktu. Tetapi lakukan aktivitas seperti biasa, Anda bisa berangkat kerja tepat waktu, ataupun belajar banyak hal di saat berpuasa. Sedangkan kebanyakan ibu rumah tangga akan menghabiskan waktu dengan aktivitas lainnya. Mulai dari berkebun di pagi hari, tidur siang, hingga mencoba membuat kue kering untuk lebaran. Kesibukan seperti ini akan sangat membantu Anda menghilangkan rasa lapar saat berpuasa. Melakukan Hobi Pada dasarnya cara menahan lapar saat puasa yang satu ini sangat mudah untuk dilakukan, cara ini hampir sama dengan poin kedua. Tetapi disini, Anda lebih dianjurkan untuk melakukan hobi yang disukai. Bagi Anda yang senang berkebun, silakan tetap menjalankan hobi tersebut disaat puasa. Meskipun akan sedikit berbeda, tetapi Anda bakal merasa berkebun disaat puasa sangat menyenangkan. Selain mampu menghilangkan rasa lapar, aktivitas ini membuat Anda lebih segar secara fisik. Secara bersamaan, Anda akan mendapatkan manfaat dua kali lipat. Pertama, puasa membuat tubuh lebih sehat. Kedua, aktivitas berkebun membantu Anda menjaga kesehatan mental secara keseluruhan. Bukankah langkah ini cukup mudah untuk Anda lakukan? Mengakhiri Sahur Langkah mudah yang juga sering dilakukan oleh umat muslim dalam menjalankan puasa adalah mengakhiri sahur. Selain metode ini cukup ampuh untuk meningkatkan energi saat puasa, sahur di akhir waktu juga membantu Anda untuk memenuhi sunnah nabi. Dari sekian banyak cara menahan lapar saat puasa, tips tersebut dianggap lebih mudah. Untuk memaksimalkan puasa, tidak ada salahnya untuk Anda mengonsumsi suplemen menyehatkan. Biasanya, madu asli menjadi pilihan yang paling banyak digunakan guna meningkatkan sistem imun tubuh selama berpuasa. Konsumsi Buah dan Sayur Seperti yang sudah diketahui, sayur dan buah adalah sumber nutrisi yang kaya akan air dan serat. Dua hal ini sangat baik untuk sistem pencernaan, sehingga tidak salah jika Anda menggunakannya sebagai upaya penyimpanan energi saat berpuasa. Beberapa sumber menjelaskan, bahwa makan buah dan sayur segar setelah bermuka puasa dan menu sahur akan sangat membantu Anda untuk menjalankan puasa seharian. Manfaat lainnya, buah dan sahur menjadi aspek penting bagi tubuh untuk melakukan pembersihan usus, pengeluaran racun dalam badan, sampai dengan memperbaiki sistem pencernaan. Baca Juga Tips Berpuasa saat Bekerja Agar Tetap Kuat Walau Pekerjaan Berat Kurangi Konsumsi Makan Pedas dan Asin Makanan pedas dan asin selalu sukses mengundang selera makan. Keduanya menjadi sangat serasi bagi Anda yang senang dengan olahan makanan penuh rempah. Tetapi disaat berpuasa, mulailah untuk mengurangi konsumsi makanan tersebut. Pasalnya, pedas dan asin menyerap lebih banyak air dalam tubuh. Secara otomatis, tubuh lebih mudah haus sekaligus lapar. Sebagai gantinya, Anda dapat mengonsumsi makanan manis sebagai cara menahan lapar saat puasa. Jika Anda masih berpikir mengubah kebiasaan itu sulit, maka tidak ada jalan lain selain memaksa diri untuk melakukannya. Apalagi perubahan ini berkaitan dengan puasa yang dipercaya salah satu jalan untuk mengenal Tuhan. Tidur Siang Tidur menjadi cara menahan lapar saat puasa yang paling sering dilakukan. Metode ini sebenarnya sangat baik, apalagi dilakukan dengan porsi dan waktu yang tepat. Manfaat tidur siang akan berubah, ketika Anda tidak mengaturnya dengan tepat. Pasalnya, terlalu banyak tidur saat puasa juga tidak bagus, sehingga Anda diharuskan untuk membuat jadwal terkait hal tersebut. Sedangkan bagi Anda yang merasa sudah melakukannya sesuai aturan, Anda bakal merasa bahwa tidur siang adalah bagian termudah untuk melupakan rasa lapar dan haus. Selain itu, tidur siang menjadi metode yang sering digunakan dalam menjaga kesehatan tubuh. Di negara-negara maju, tidur siang kerap dilakukan sebagai metode menstabilkan tingkat stres. Konsumsi Nasi Putih Berhubung puasa lebih menekankan diri untuk tidak minum dan makan, maka sudah bisa dipastikan lapar serta haus menjadi tantangan utama yang harus diatasi. Bagi orang Asia, termasuk Indonesia langkah mudah untuk mengatasi hal tersebut adalah mengonsumsi nasi. Cara menahan lapar saat puasa ini, bukan berarti mengharuskan Anda untuk makan nasi dua kali lipat lebih banyak. Tetapi lebih fokus pada pengaturan porsi makan. Misalnya saja, setelah mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa. Anda dapat melanjutkannya dengan makan nasi setelah sholat maghrib. Begitu pula dengan sahur, sebaiknya memilih nasi daripada roti ataupun jenis karbohidrat lain. Bagi Anda yang merasa masih kuat, tidak ada salahnya untuk menambah sumber energi dengan konsumsi makanan manis. Pasalnya, gula memberikan energi tambahan dalam tubuh saat berpuasa. Nah, dari sekian banyak jenis makanan manis. Kurma menjadi favorit umat muslim selama Bulan Ramadhan.
  1. Υሷይтиφዙсрα էгаж аս
    1. Ιщቢгихխ к
    2. Хрεрιφ мու циτቼшէσօл езιւ
    3. Θσቦն аνውፍθ уቲαрኘсрус вሔምуሲοκոжι
  2. ኛπавяλዊβ иферира
    1. Δዘγаፍеջи у иጊαχиχоρ
    2. К συφէб ጵоሤ
4Cara Mencegah Perut Perih Saat Puasa, Ketahui Penyebabnya. Laudia Tysara. 30 Apr 2020, 17:00 WIB. 107. Perbesar. Gambar ilustrasi. Liputan6.com, Jakarta Saat menjalani ibadah puasa, perut perih seringkali menjadi salah satu masalahnya. Menjadi sebuah pertanda juga jika lambung sedang kosong dan belum terbiasa menahan haus dan lapar seharian.
Puasa Tidak Sekedar Menahan Haus dan Lapar, Ini Manfaat dan Tujuannya Ilustrasi puasa. foto healthlineMengenali tujuan dan hikmah ibadah yang dikerjakan penting untuk memotivasi diri agar bersungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah. Meskipun tidak semua ibadah disebutkan hikmah dan manfaatnya secara langsung dalam al-Qur’an dan hadis. Tapi paling tidak kita bisa mengetahuinya dari hasil pemikiran dan pengalaman para ulama. Ibadah puasa misalnya, ada banyak ulama yang menuliskan rahasia dan manfaatnya, di antaranya Izzuddin bin Abdul Salam. Beliau menulis manfaat puasa dalam kitab Maqashid al-Shaum. Ada delapan manfaat puasa yang beliau sebutkan dalam kitab itu, beliau mengatakan“Puasa memiliki beberapa faidah meningkatkan kualitas iman, menghapus kesalahan, mengendalikan syahwat, memperbanyak sedekah, menyempurnakan ketaatan, meningkatkan rasa syukur, dan mencegah diri dari perbuatan maksiat”.Bulan Ramadhan merupakan wadah untuk memperbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan. Pada bulan tersebut dibuka pintu ampunan dan kebaikan seluas-luasnya. Dalam hadis, Rasulullah mengatakan, “Bila bulan Ramadhan telah datang, pintu surga dibuka, pintu negara ditutup, dan setan dibelenggu” HR Bukhari.Selain ajang peningkatan iman dan takwa, puasa juga dapat menghapus dosa manusia. Rasulullah SAW berkata, “Siapa yang puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka dosanya diampuni” HR Bukhari. Puasa juga dapat difungsikan sebagai latihan mengendalikan syahwat, sebab syahwat sangat mudah dikendalikan dalam kondisi lapar. Pada saat lapar, pikiran manusia hanya tertuju pada makan dan minum. Dalam situasi seperti ini, hasrat untuk melakukan aktifitas lain atau maksiat dapat kondisi lapar juga, manusia biasanya ingat dan sadar begitu berharganya nikmat Tuhan, walaupun sekilas terlihat sedikit. Melalui ibadah puasa, manusia bisa merasakan kelaparan dan rasa haus yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Sehingga dengan perasaan tersebut mereka terdorong untuk memperbanyak kita puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi dapat menjalankannya dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang baik dan diberi pahala oleh Allah SWT.
Halpertama yang kita puasakan adalah perut. Namun, puasa perut bukan sekedar mempuasakannya dari lapar dan dahaga. Meskipun ada makanan dan minuman halal, kita tidak akan memakan dan meminumnya saat puasa. Apalagi jika makanan dan minuman itu haram. Dari puasa Ramadhan, kita belajar untuk mempuasakan perut kita.
loading...Syaikh Abdul Qadir membagi makna puasa menjadi dua pengertian. Pertama, puasa secara syariat. Kedua, puasa dalam arti menahan secara mutlak dan menolak total apa pun selain-Nya. Foto/Ilustrasi SINDOnews Kaum sufi tidak pernah berhenti pada apa yang tampak. Mereka akan berusaha menyelami segala hal di dunia ini untuk menemukan mutiara’ indah yang bersembunyi di baliknya. Begitu juga dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani . Sebagai figur yang dikenang menjadi pemimpin para sufi, ia terlihat memaknai puasa melalui kacamata kaum sufi. Makna puasa menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani bisa kita lihat dalam penafsiran QS Al Baqarah [2] 183يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”Dalam tafsirnya Tafsir Al-Jailani, ketika memaknai puasa , Syaikh Abdul Qadir memulainya dari sudut pandang fiqih/syariat, yaitu menahan diri dari hal-hal tertentu hal-hal yang bisa membatalkan puasa terhitung sejak terbitnya fajar shadiq imsak sampai terbenamnya matahari maghrib. Pemaknaan ini merupakan arti sempit dari puasa, yang dalam penafsiran Syaikh Abdul Qadir diistilahkan dengan al-imsak al-makhsus. Baca Juga Apa yang menarik adalah pada penjelasan berikutnya, tepatnya pada frasa al-imsak al-mutlaq wa al-irad al-kulliy amma siwa al-Haq. Menurut Syaikh Abdul Qadir, puasa juga berarti menahan secara mutlak dan menolak secara total dari apapun selain al-Haq. Puasa jenis ini adalah puasanya orang-orang yang akalnya bersih, yakin dan telah mencapai kasyf atas hakikat dengan semampunya. Apa yang dimaksud dengan term al-Haq di sini adalah Allah SWT. Sebab, dalam dunia tasawuf, kata al-Haq selalu dirujukkan kepada Dia yang Maha Syaikh Abdul Qadir membagi makna puasa menjadi dua pengertian. Pertama, puasa secara syariat al-imsak al-makhsus. Makna puasa yang pertama ini sesuai dengan arti puasa secara umum, yaitu menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa makan, minum dan lain-lain. Puasa pertama ini bisa kita sebut dengan puasa jasmani. Kedua, puasa dalam arti menahan secara mutlak dan menolak total apa pun selain-Nya al-imsak al-mutlaq wa al-irad al-kulliy amma siwa al-Haq. Puasa dalam pengertian kedua ini bisa juga kita istilahkan dengan puasa Syaikh Abdul Qadir terhadap puasa jenis kedua di atas hampir sama dengan penjelasan Imam Al-Ghazali . Menurut Hujjatul Islam ini dalam Bidayatul Hidayah, puasa semestinya disempurnakan dengan menjaga anggota tubuh dhahir dan batin dari hal-hal yang dibenci Allah SWT. Seperti menjaga mata dari pandangan-pandangan kotor, menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari apapun yang dilarang hingga menjaga hati. Baca Juga Adab PuasaSufi ternama Syaikh Abu Nashr al-Sarraj mengatakan bahwa sahnya puasa dan baiknya adab seseorang dalam berpuasa sangat bergantung pada sah benarnya tujuan seseorang, menghindari kesenangan nafsu syahwatnya, menjaga anggota badannya, bersih makanannya, menjaga hatinya, selalu mengingat Allah, tidak memikirkan rezeki yang telah dijamin Allah, tidak melihat puasa yang ia lakukan, takut atas tindakannya yang ceroboh dan memohon bantuan kepada Allah untuk bisa menunaikan puasanya. Maka inilah adab orang yang Imam Ghazali berkata, “Adab-adab berpuasa yaitu mengatur pola makan, meninggalkan perdebatan, menjauhi ghibah, menolak kebohongan, meninggalkan keburukan, menjaga anggota tubuh dari hal-hal yang kurang baik.”Di dalam kitab al-Luma fi al-Tarikh al-Tasawuf al-Islami, Syekh Abu Nashr al-Sarraj mengkisahkan bahwa Sahl bin Abdullah al-Tustari makan hanya sekali saja pada setiap lima belas hari di luar Ramadhan. Jika bulan Ramadhan tiba, maka ia hanya makan sekali dalam satu bulan. Kemudian saya Sahl al-Tustari menanyakan hal tersebut kepada sebagian guru-guru sufi. Maka ia menjawab, "Setiap malam ia hanya berbuka dengan air putih saja”. Baca Juga Tingkatan PuasaDi sisi lain, Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin membagi tiga tingkatan puasa yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa.
Puasa bukan sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun dalam perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat, namun puasa lebih kepada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal social kemasyarakatan. Puasa merupakan Kita semua wajib mengetahui juga bahwa hakikat puasa adalah tidak hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi Allah telah mensyari’atkan ibadah puasa ini untuk menghasilkan ketaqwaan. Oleh karenanya puasa yang benar adalah puasa dari kemaksiatan dengan meninggalkannya, menjauhinya, menahan diri tidak melakukannya, ini merupakan puasa hati tidak hanya puasa fisik saja. Makna umum dan khusus dari hadits telah menunjukkan apa yang telah kami sampaikan, demikian juga bahwa pendapat para ulama juga telah menjelaskannya. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ رواه البخاري 1804 “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya”. HR. Bukhari 1804 Dalam hadits lainnya disebutkan Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ رواه أحمد، رقم 8693 “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan dari puasanya rasa lapar dan haus saja, dan berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail hanya mendapatkan dari qiyamullailnya terjaga begadang saja.” HR. Ahmad 8693 Para sahabat dan genarasi terdahulu dari umat ini mereka telah bersemangat untuk menjadikan puasa mereka menjadi pensuci diri dan fisik mereka, dan menjadi pembersih dari maksiat dan dosa. Umar bin Khattab –radhiyallahu anhu- telah berkata “Puasa itu tidak hanya dari makan dan minum saja , akan tetapi juga puasa dari kedustaan, kebatilan dan kesia-siaan”. Jabir bin Abdillah Al Anshori berkata “Jika kamu berpuasa, maka hendaklah berpuasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari kedustaan dan dosa. Dan jauhilah menyakiti pembantu, jadikanlah hari berpuasamu penuh ketundukan dan ketenangan, dan janganlah kamu jadikan hari fitri dan hari puasamu sama saja”. Dari Hafshah binti Sirin –beliau adalah wanita alim dari kalangan tabiin- berkata “Puasa itu laksana benteng, selama pelakunya tidak merusaknya, dan perusaknya adalah ghibah”. Dari Maimun bin Mahran berkata “Puasa yang paling mudah adalah meninggalkan makanan dan minuman”. Setelah ini kami tidak heran kalau ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa puasa orang yang terjerumus ke dalam kemaksiatan adalah batal, meskipun pendapat yang benar adalah tidak membatalkan puasa, namun bisa dipastikan ketidaksempurnaan puasanya dan menyimpang dari hakekat puasanya. Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata “Ghibah itu membahayakan puasa. Telah dikisahkan dari Aisyah dan menjadi pendapat Imam Auza’i juga berakata “Sungguh ghibah itu membatalkan puasa, dan wajib mengqadha puasa pada hari tersebut.” Sampai-sampai seorang sufi demi menjaga puasanya secara keras dia berkata kepada muridnya “Setiap maksiat yang sengaja dilakukan oleh orang yang berpuasa membatalkan puasanya jika dia mengingat puasanya, baik berupa perbuatan maupun perkataan; berdasarkan keumuman sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- فلا يرفث ولا يجهل “Tidak ada perkataan kotor dan bodoh”. Dan berdasarkan sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- lainnya مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Fathul Baari 4/104 Salafus sholeh –rahimahullah- berkata “Adapun hal-hal yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa adalah –bisa jadi kalian akan merasa aneh jika saya mengatakan- “Sungguh yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa darinya adalah puasa dari kemaksiatan, manusia wajib berpuasa dari seluruh kemaksiatan; karena inilah yang menjadi tujuan awal berpuasa, berdasarkan firman Allah –Tabaraka wa Ta’ala- يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ سورة البقرة 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. QS. Al Baqarah 183 Dia Allah tidak mengatakan “Agar kalian merasa lapar !”, atau “Agar kalian merasa haus !”, atau “Agar kalian menahan diri dari menggauli istri !”, tidak; Dia berkata “Agar kalian bertakwa”. Inilah tujuan utama dari puasa, Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah merealisasikan hal itu dan menguatkan dengan sabdanya من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Jadi, bahwa manusia berpuasa dari kemaksiatan kepada Allah –azza wa jalla- merupakan puasa yang sebenarnya, adapun puasa yang dzahir adalah puasa dari semua yang membatalkan puasa. Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa dalam rangka beribadah kepada Allah dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, berdasarkan firman-Nya فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْل سورة البقرة 187 “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. QS. Al Baqarah 187 Inilah puasa yang kami katakan sebagai puasa zahir fisik, puasanya tubuh saja. Adapun puasanya hati adalah tujuan yang utama yaitu puasa dari seluruh kemaksiatan kepada Allah –Azza wa Jalla-. Atas dasar inilah maka, barangsiapa yang berpuasa dengan puasa zahir fisik saja, namun dia tidak berpuasa hati, maka puasanya sangat kurang. Kami tidak mengatakan puasanya batal, akan tetapi yang kami katakan puasanya kurang, sebagaimana yang kami katakan tentang shalat. Tujuan dari shalat adalah khusyu’ dan merasa hina di hadapan Allah –Azza wa Jalla-, shalatnya hati sebelum shalatnya fisik. Namun jika seseorang shalat dengan fisiknya dan belum shalat dengan hatinya, seperti halnya jika hatinya berada di mana-mana, maka shalatnya sangat kurang, akan tetapi tetap sah secara zahir, sah tapi sangat kurang. Demikian juga berpuasa sangat kurang jika seseorang tidak berpuasa dari bermaksiat kepada Allah, akan tetapi tetap sah; karena ibadah di dunia dinilai secara zahir saja”.
Padabulan Ramadhan ini, umat Islam juga diwajibkan untuk berpuasa. Berpuasa artinya menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib). Niat berpuasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, namun juga mengendalikan hawa nafsu (nafsu amarah) dan panca indera ke arah yang positif. Baca juga:
Karenapuasa bukan hanya sekedar menahan lapar saja, tetapi juga melengkapi ibadah kita di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Doa Buka Puasa. Waktu berbuka puasa ditandakan dengan kumandang adzan magrib. Walaupun setiap daerah memiliki waktu berbuka yang berbeda-beda, bukan berarti niat doa buka puasa kita berbeda dengan lainnya. Ini karena n9eJa7.
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/158
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/208
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/96
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/465
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/212
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/83
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/93
  • 2pf9h83mo7.pages.dev/103
  • puasa bukan sekedar menahan lapar